I THINK IT'S TRUE. cHeCk It OuT
Satu bola diperebutkan oleh dua puluh dua orang. Pasti menjadi
sebuah tontonan yang membosankan. Tapi anehnya, hampir tiap hari ada
pertandingan sepak bola. Dan lebih aneh lagi, yang menonton di lapangan
membludak, yang nonton di televisi berani begadang hingga larut malam.
Dan lebih, lebih, lebih, lebih aneh lagi, sudah berlangsung puluhan
tahun.
Sepak bola tentunya bukan sekadar berlari-lari mengejar dan mengoper
bola di lapangan yang tak lebih dari seratus meter lebarnya itu. Pasti
ada sesuatu yang membuat olahraga ini tak pernah membosankan para
penikmatnya. Apa?
Kreativitas.
Kreativitas pemain bola akan terus bertumbuh dan berkembang. Ada
seniman-seniman sepakbola yang membuat sepakbola menjadi indah ditonton
dan dinikmati sambil minum kopi hingga pagi. Karena, tanpa itu semua,
sepakbola pasti sudah ditinggal siapa pun yang tak ingin melihat orang
lari-lari ke sana ke mari.
Kalau bola yang hanya ada di lapangan sesempit itu dan dalam waktu yang
sependek itu bisa melahirkan kreativiats yang begitu tinggi, apalagi
dalam sebuah dunia kepenulisan. Jangan sampai menganggap semua hal
sudah ditulis dan tak ada lagi yang lainnya. Pemain bola adalah contoh
konkretnya. Mereka mampu mengembangkan semangat penonton untuk terus
memincingkan mata mencermati setiap gerakan pesepakbola.
Menulis jelas lebih dari sekadar sepak bola. Menulis memiliki lapangan
yang sangat dan sangat luas. Yang diperlukan adalah kreativitas dalam
mengolah kata-kata. Beribu hingga berjuta kata dapat dicipta hanya
dengan huruf yang tak seberapa. Apalagi jika disertakan emosi juga.
Akan berjibun tulisan hanya dari stau tema belaka.
Menulis itu seperti pemain bola. Yang harus mampu mengolah bola
kata-kata dengan imajinasi yang tinggi. Tulisan atau bola yang sama
akan berbeda makna jika dimainkan oleh dua orang yang berbeda (misalnya
Maradona dengan Ronaldo) atau (antara Putu Wjaya dan Umar Khayam).
Tapi jangan bersurut langkah. Karena Maradona lahir juga belum bisa
main bola. Dia bisa main bola karena tiap hari menggiring si kulit
bundar di lapangan. Putu Wijaya juga setiap saat menjungkir balik
kata-kata tanpa rasa lelah.
Karena penulis memang tak pernah dilahirkan di rumah bersalin. Penulis
justru lahir di Kompasiana. Siapa terus berlatih, dialah yang akan
menjadi pemiliki kata-kata itu. Kata dan jiwa sudah menyatu dalm
dirinya. Setiap kata adalah anak-anak yang dirawatnya.
Jangan berhenti berlatih. Seperti sepakbola. Karena, tanpa latihan dengan keras terus berharap memiliki keahlian.
Terus mengapa sepakbola selalu menarik ditonton? Karena sepakbola juga
seperti menulis yang juga hasil kerja keras dibarengi kreativiatas. ITU PENDAPAT SAYA YA OM, TANTE, MBAK, MAS, BUK, DAN HADIRIN SEMUA NYA...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar